Pelajaran itu datang lagi...

Bencana demi bencana tampaknya tak mau jauh dari negeri ini. Negeri yang katanya gemah ripah loh jinawi, ijo royo-royo bak permadani, negeri jamrud katulistiwa, dan sebutan lainnya yang membanggakan penduduknya.

Tapi lambat laun negeri ini mulai bopeng oleh tingkah laku penghuninya, hutan tak lagi hijau, yang ada hanya petak-patak tanah gundul, hutan meronta, merenggek tak berdaya, pohon-pohon bertumbangan dipancung tangan-tangan kotor,hutan pun meranggas tanpa daya, pasir laut diangkut, dikeruk tanpa menghiraukan kerusakan lingkungan, sungai-sungai menyempit terhimpit rumah-rumah liar di bantaran kali, pantai-pantai pun tak luput dari abrasi karena hutan mangrove sudah tak terlihat lagi, sumber-sumber mata air sudah mengering karena pohon-pohon pelindung mata air sudah tak tampak berdiri tegak lagi seperti dulu.

Lalu yang tertinggal hanyalah keluh-kesah anak manusia , karena susahnya mencari sumber air demi seteguk penghilang dahaga, susahnya mencari daun-daun dan kayu bakar tuk dijual demi sesuap nasi, yang puluhan tahun lalu mungkin tak terbayangkan akan seperti ini. Dulu hutan dan alam sekitar adalah teman bagi kita, sahabat yang sangat akrab yang bergaul sehari-hari dengan rasa ceria, tapi keceriaan itu kini lambat-laun mulai sirna karena alam sudah tak lagi sahabat bagi kita , tak seakrab dulu lagi.

Masih segar dalam ingatan kita, bencana tsunami di Aceh dan Nias, gempa di jogya, stunami di pangandaran dan musibah situ gintung. Kemarin terjadi lagi bencana gempa bumi di ranah Jawa yang berepisentrum di Tasikmalaya. Tampaknya beberapa tahun yang akan datang, kita akan semakin akrab dengan bencana, mungkin alam sudah mulai bosan dengan tingkah laku kita yang salah dan bangga akan dosa-dosa kita.

Bencana yang terjadi, yang menimpa kita, yang mendera kita mungkin akan membuat kita sadar akan kesalahan-kesalahan kita selama ini, mungkin selama ini kita telah banyak melupakan-Nya. Seolah -olah kita hidup tanpa ada yang menciptakannya, angkuh dengan perbuatan-perbuatan dosanya, jumawa dihadapan Sang Pencipta, tapi ketika terkena musibah, bencana, kesempitan, kesulitan barulah kita merasa kerdil, menyadari kita hanyalah makluk yang sangat lemah, tanpa daya apapun dihadapan Sang Pancipta.

Coba kita lihat tayangan di TV, ketika manusia terkena musibah, tanpa dipaksa, tanpa di ancam, dengan spontan mengucap kalimat kebesaran Illahi, dengan wajah penuh harap meminta pertolongan-Nya, perlindungan-Nya yang pada hari-hari biasa ketika sudah terlena dengan kesibukan, kenikmatan , kesenangan dunia seolah -olah lupa akan pemutus nikmat, yaitu kematian. Begitulah terkadang bencana yang menimpa kita akan jauh lebih bermanfaat bagi kita dari pada di beri kesenangan terus menerus yang malah sering melalaikan kita.

Obat terbaik dari bencana yang menimpa kita adalah kesabaran, sehingga mereka berobat dengan cara kembali kepada-Nya. Obat musibah adalah husnuzhzhon, keyakinan yang tak goyah oleh keputus-asaan dan kehilangan harapan, kesabaran yang tidak kalah oleh kecemasan, optimisme yang tidak tersentuh kekecewaan, dan kepasrahan yang tidak ternodai penentangan.

Musibah menjadi ringan apabila balasannya di sebut-sebut, ganjarannya diperlihatkan, waktu hilang dan berlalunya dapat ditunggu dan diperkirakan, terhibur dengan banyaknya orang yang terkena musibah, dan tersenyumnya hati dengan upah dan kesenangan yang akan diterima dai Allah, karena musibah itu datang dari Tuhan seru sekalian Alam.

Segala sesuatu ada harganya, dan harga mutiara adalah kesulitan menyelam ke dasar lautan, segala sesuatu ada nilainya, dan nilai kemenangan adalah kesakitan oleh luka-luka dalam perang kehidupan. Segala sesuatu ada pajaknya, dan pajak keberhasilan adalah air panas, darah yang tumpah, kelopak mata yang letih karena kekurangan tidur, badan yang lemah karena lelah bekerja dan hati yang pedih karena banyak menderita.

Umur bencana lebih pendek daripada umur kesenangan, tapi pahalanya lebih besar daripada pahala kesehatan, pengalamannya lebih berharga daripada pengalaman kehidupan, dan kegunaanya lebih besar daripada kegunaan keselamatan. Di dalam bencana terdapat pelajaran, peringatan, dan kewaspadaannya terdapat tabungan, pujian, dan catatan sejarah.

Biasanya seseorang tidak ingat bahwa dirinya suatu saat nanti akan menempuh kematian kecuali saat sendirian dan terjauh dari orang-orang lain, terlebih lagi waktu itu ada sesuatu yang mengancam jiwanya. Adapun tatkala ia sedang hidup dalam keadaan aman dan banyak teman di kiri dan kanan, ia seolah merasa akan hidup selamanya dan jauh dari ancaman kematian.

Orang yang tidak pernah merasakan pedih hatinya, tidak pernah merasakan kelegaan hati, orang yang tidak pernah merasakan lapar, tidak pernah mengetahui rasanya kenyang, orang yang tidak pernah merasa sakit, tidak mengerti nikmatnya sehat, orang yang tidak pernah dipenjara, tidak memahami indahnya kemerdekaan. Ingat, musibah adalah pelajaran.

Semoga musibah-musibah yang menimpa kita kemarin dapat meneguhkan iman kita, semakin dekat dengan Sang Maha Pencipta, ridho akan apa yang Allah berikan untuk kita, baik itu bencana dan musibah atau pun kesenangan dan kenikmatan.

Ya Allah, sungguh kebanyakan di antara kami telah rusak, dan jauh dari apa yang Engkau kehendaki. Karena itu, ampunilah kami ya Allah dan tunjuki hati kami serta tuntunlah kami untuk kembali kepada jalan-Mu yang lurus.
Label: | edit post
0 Responses
Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x