Belajar Bersyukur...

Memang sudah menjadi tabiat manusia untuk selalu mendapat yang lebih , tak kan puas dengan apa yang sudah didapat. Dapat satu, kurang dua..dapat empat, kurang enam dan seterusnya. Keinginan yang tak ada ujungnya pemberhentiannya, kecuali dengan berhembusnya nafas perpisahan dengan kenikmatan dunia.

Terkadang kita memang harus menentang keinginan-keinginan kita yang kadangkala hanya menjadi beban pikiran kita, walau terkadang terasa berat bagi kita. Karena semua hal tak mungkin harus kita dapatkan, terkadang yang sedikit itu lebih baik bagi kita dari yang banyak.

Kalau sedang stres, jenuh, pusing, marah-marah karena tak punya uang untuk beli barang baru yang mahal, karena isi dompet yang menipis padahal baru awal bulan, atau keinginan kemarin yang tak kesampaian. Aku terkadang jalan-jalan keluar, jalan kaki melewati pasar-pasar tradisional, bukan pasar modern ( mall)... karena kalau jalan-jalan di mall, dijamin akan tambah pusing... , lewat gang-gang kampung. Disana mungkin akan kita lihat keadaan yang tak jauh berbeda dengan kita, atau mungkin lebih buruk dari kita tapi mereka enjoi saja dengan kehidupan mereka, tak ada keluh kesah dengan keadaan. Mereka menjalani kehidupan dengan penuh semangat, menjalani hari ini dengan ikhlas tanpa menghiraukan hari esok yang masih misteri, karena hari esok hanya milik yang melihatnya esok hari.

Bandingkan dengan kita yang mungkin cuma kekurangan uang sesekali saja, tidak setiap hari...dilemari pakaian masih berjejer puluhan pakaian, bisa ganti tiap hari, masih punya handphone yang jutaan harganya, punya tv, komputer dan sebagainya.
Tapi masih berkeluh kesah dengan keadaan dirinya, masih merasa kekurangan, kurang pede karena wajah pas-pasan, karena sepeda motor yang itu-itu saja, mobil yang sudah delapan tahun tak ganti, rumah yang terasa mulai sesak,terasa kecil sekali (..karena dibandingkan dengan rumah-rumah mewah di sinetron yang kita lihat..)

Betapa kontras keadaan ini, yang tak punya sudah merasa cukup, yang punya banyak merasa kurang dengan yang banyak itu...Mungkin yang bisa kita lakukan adalah belajar bersyukur dengan apa yang ada pada diri kita, belajar untuk memahami kehidupan, belajar untuk menjalani hidup yang bahagia.

Jika kita menginginkan kebahagiaan, belajarlah puas dengan bentuk tubuh yang Allah berikan. Terimalah dengan rela status sosial, suara, tingkat pemahaman, dan pemasukan kita. Jadi nilai kita terletak pada bakat, amal soleh, sumbangsih dan akhlak kita. Jangan berkeluh kesah karena minimnya ketampanan, harta benda, dan keluarga yang kita miliki. Terimalah pemberian Allah dengan senang hati, niscaya kita pasti menjadi orang terkaya. " Kami telah menentukan penghidupan mereka dalam kehidupan dunia. ( QS. Az_Zukhruf(43) : ( 32 ).

Atau cobalah sesekali masuk rumah sakit ( bukan karena sakit..), walau cuma jalan sebentar melihat keadaan penghuninya, atau duduk sebentar merenung, atau mungkin bersyukur karena keadaan kita pada hari ini sehat-sehat saja. Karena rumah sakit adalah rumah yang sarat dengan rintihan, aduhan, tangisan dan ratapan akibat kesakitan, kepedihan, kecelakaan dan malapetaka. Ia dapat mengingatkan kita kepada betapa indah dan mahalnya harga kesehatan. Walau seandainya kita tak punya apa-apa, tapi kalau kita sehat rasanya sudah cukup, karena kalau kaya tapi sakit kita tak akan dapat menikmati kekayaan kita, atau malah kekayaan kita habis hanya untuk berobat.

Tapi sayang betapa sedikitnya dari kita yang telah pulang dari mengunjunginya atau pulang keluar darinya yang menyadari nikmat Allah tersebut. Sepulang dari rumah sakit, kita seperti lupa akan nikmat kesehatan itu dan tak pernah bersyukur kepada pemberian-Nya.

Ya Allah, jadikan kami hamba-hamba-Mu yang pandai bersyukur kepadanya-Mu.
Label: | edit post
0 Responses
Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x