'Ibrah

Terlihat seekor kupu-kupu berusaha keras keluar dari selubung kepompongnya, sudah beberapa saat lamanya kupu-kupu itu berjuang, bergerak kekanan dan kekiri sehingga kepompong yang menggantung di dahan itu bergoyang-goyang, tapi kupu-kupu itu belum lepas juga dari selubung kepompongnya. Kupu-kupu itu berhenti sejenak, nampaknya sudah kepayahan.

Sementara seorang laki-laki yang sejak tadi memperhatikan gerak-gerik kepompong itu nampak penasaran, tidak sabar untuk segera menyaksikan kupu-kupu keluar dari selubung kepompongnya dengan sayap mengembang memamerkan keindahan corak warna tubuhnya.

Karena merasa kasihan atau ketidaksabarannya, dengan maksud baik ingin membantu kupu-kupu itu untuk segera keluar dari kepompongnya dan terbang bebas menari-nari di udara, laki-laki itu memutuskan untuk memotong dan membuka selubung kepompong itu, lalu nampaklah kupu-kupu itu keluar dengan tubuh tambun dan sayap yang kecil mengerut.

Orang itu mengamati beberapa saat dengan seksama, menunggu perubahan yang akan terjadi pada kupu-kupu itu. Tapi apa lacur, setelah beberapa saat ditunggu ternyata kupu-kupu itu tak berubah, sayapnya masih kecil mengerut dengan perut tambunnya. Akhirnya kupu-kupu itu hanya bisa berjalan mondar-mandir kesana-kemari tanpa bisa terbang seperti teman-temannya.

Lalu apa yang sebenarnya terjadi?

Seperti yang kita alami dalam kehidupan kita sehari-hari, terkadang kita merasa sudah benar dan seratus persen yakin dengan tindakan kita, walau itu kita lakukan tanpa ada secuilpun ilmu dan sekedar pengetahuan untuk melandasi tindakan kita. Baru setelah terjadi, terkadang kita baru sadar bahwa kita melakukan kesalahan, entah besar atau kecil, tapi itu tetaplah suatu kesalahan.

Terkadang kita memaksakan suatu kehendak kepada orang lain, karena kita punya kuasa. Kita menyodorkan keinginan-keinginan kepada anak-anak kita walaupun sang anak enggan, tapi kita terus memaksa akhirnya sang anak dengan hati dongkol, jidat mengerut, mulut monyong maju, dan segala bahasa tubuhnya yang menyatakan ketidak setujuannya.

Kita memaksakan, menyuruh, mendekte, mengarahkan sesuatu kepada anak-anak kita tanpa melihat kemampuan, dan minat sang anak. Yang terjadi hanyalah pemaksaan ego sang ortu demi keinginan, cita-cita, gengsi, dan segala angan-angannya, Tanpa dilandasi ilmu yang cukup tentang mendidik anak, ilmu parenting, cuma beranggapan bahwa yang kita lakukan itu baik, baik bagi sang anak, demi masa depannya, tapi itu dari kacamata sang ortu. Kalau sudah begitu kita hanya tinggal menunggu saat-saat malapetaka terjadi.

Seperti yang terjadi pada sang kupu-kupu, kalau seandainya laki-laki itu bersabar sejenak dan tahu sedikit ilmu tentang proses perubahan sang kupu-kupu maka kupu-kupu itu akan selamat menjalani proses metaformosanya. Kupu-kupu akan dapat terbang lepas mengarungi angkasa luas, bukan menjadi kupu-kupu yang aneh dengan tubuh tambun dan sayap kecil mengerut yang hanya bisa berjalan mondar-mandir tanpa bisa terbang. Karena memang proses metaformosanya belum sempurna, cairan-cairan tubuhnya belum semua mengalir ke sayap-sayapnya, sehingga yang terjadi adalah kemalangan bagi sang kupu-kupu.

Kebaikan hati lelaki itu ternyata berubah menjadi bencana, mimpi buruk, tragedi bagi kupu-kupu. Ternyata maksud baik saja tak cukup untuk menjadi kebaikan itu sendiri. karena melakukan sesuatu walau kelihatan hanya masalah sepele, tanpa dilandasi ilmu dan pengetahuan yang cukup ternyata bisa berakibat fatal.

Oleh sebab itu, dalam Islam ilmiu mempunyai kedudukan yang sangat agung. Wahyu yang pertama kali turun-pun mengajarkan umat untuk membaca, membaca segala yang tersurat maupun yang tersirat dari wahyu Illahi demi kemaslahatan manusia itu sendiri. Karena semua ciptaan Allah itu mempuntai rahasia dan hukum-hukum sendiri. Kalau alam semesta ini tak ada hukum yang mengaturnya, tentu alam akan tercerai berai.

Semoga di bulan Ramadahn ini, kita bisa menjumput seikat ilmu, bisa menambah pengetahuan, mengikis ketidaktahuan kita sedikit demi sedikit, mengasah otak untuk terbiasa merenungi ciptaan Sang Maha Pencipta, mempelajarinya karena Allah tak akan menciptakan sesuatu dengan sia-sia.

Kalaulah kita hanya mempunyai ilmu, dengan sedikit harta, maka itu akan lebih baik daripada mempunyai harta setinggi gunung semeru tapi otak kosong, hati keras, tabiat dan perilaku jauh dari tuntunan ilmu, karena punya kekuasaan yang super power tapi jauh dari tuntunan dan landasan ilmu maka hanya akan menyengsarakan diri, dan orang lain, hanya akan membuat kerusakan, pembinasaan, pemusnahan, kebodohan yang akut, dan hanya akan menghilangkan nilai fitrah manusia itu sendiri, karena sejak peertama kali Adam diciptakan-pun Allah sudah membekalinya dengan ilmu pengetahuan tentang hal-hal disekitarnya yang bahkan Malaikat-pun tidak tahu.

Itulah salah satu pelajaran yang dapat kita petik dari peristiwa tersebut, salah satu..? Ya. Karena mungkin kita akan dapat memetik ribuan bahkan jutaan pelajaran dari peristiwa yang dialami sang kupu-kupu itu.

Semoga kita setiap hari mendapatkan ilmu yang baru, ilmu yang berguna, berguna bagi diri, orang lain bahkan bagi alam semesta. Karena kalau umur kita berkurang tiap menitnya tapi pengetahuan kita tak bertambah malah berkurang, karena sudah tak peduli lagi, maka rugilah kita. Karena menuntut ilmu itu dimulai dari perut ibu sampai masuk perut bumi, ga ada kata untuk berhenti.

" Robbi zidni 'ilma...Ya Allah, tambahkanlah ilmuku." ( QS. Thaha : 114 )
Semoga Allah senantiasa menuntun kita untuk menjalani kehidupan kita agar dapat selamat dunia dan akhirat. Amin..!
Label: | edit post
0 Responses
Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x