Keterasingan Abu Dzar

Air mata zuhud membisu di pipi
dalam gemuruh gerincing genta hati

Duhai siapakah dikau
apa yang mengganjal di bilik-bilik hatimu?

Mengapa air matamu bercucuran?
rupamu seperti upacara kematian

Gurat-gurat zuhud di wajahmu
telah memupus habis semua cerita masa lalu itu

Duhai kekasih, ada apakah?
dengan yakin telah kutekadkan hijrah

Aku jemu dan ingin istirahat
kota membuatku lelah dan semakin menyesakkan dada
Bangsa gurun pun merangkai cerita, sambung-menyambung mengaliri jiwa

berkeluh kesah karena kepergiannya
Mencurah tetes-tetes kerinduan, yang tak bisa tidur karena cintanya

wahai Jundub, di mana dikau berada?
Kekasih pulang memotong pasir berpadang sendirian berkendara malam

temannya lima serigala semata
Tempat-tempat sunyi yang dia singgahi
menggenggam langkahnya tak rela ditinggali

Kekasih tiba, lalu berkata
wahai bumi, wahai pasir. Ambil aku, kafani aku, kurindu dikau jadi kuburku

Negaraku batinku, kekayaanku keyakinanku
jika tiba waktuku, makanan ku tak perlu

Dunia mengusir, aku terbang. Dengan kaki pelbagai negeri tak lebih persinggahan
Aku hidup sendirian. Sementara di pinggiran jutaan manusia bak serigala gelap nan hitam

Mereka limpahi aku harta. " Heh, apa urusanku, harta bukan keluh kesahku."
mereka bujuk aku, kuancam mereka

Mereka ancam aku dengan kematian, kubujuk mereka sampai mulutku berbusa
Mereka tunggangi aku, aku turun. Kutunggangi tekadku, mereka turunkan aku

Kutunggangi nafsu demi kebenaran. Apa bisa mereka?
Kematian kukejar, ia lari. Maut kuburu, ia mengantuk

Pasir-pasir meratapi keterasinganku, " Abu Dzar, jangan kau takut, jangan kau bersedih."
Aku tidak takut. Aku masih muda. Dan aku takkan mati sampai leherku tergorok

Aku telah berikrar kepada sahabat dan kekasihku
harapan-harapannya kan kujadikan pelajaran

Sedang mereka hendaki kemustahilan
mengimingi harta padaku, memamerkan Dina-Dinar memabukkan bagai anggur

Aku tak ingin harta, jiwaku telah kujaga
simpanlah kekayaanmu, kepalaku lebih keras darinya. Semuanya tak kuinginkan

Bebaskan saja langkahku. biarkan aku kelilingi bumi bagai matahari
sirami pohon-pohon taman dengan air mata

Berbisik-bisik pada bunga-bunga
di sanalah kemahku. Di sanalah tempatku

Biarlah angin jadi tembang dan instrumen laguku
sang kekasih pergi lagi

Suaranya menyayup-nyayup di atas debu
tekad-tekad lalu layu bagai kebanggaan yang surut

Tak kudengar lagi sirahnya
terbungkus malam-malam abad yang panjang

Kuncir-kuncir zuhudnya telah terurai
" Kekasih, di manakah pusakamu untuk dinikmati pecinta harta?"

Di mana kaulabuhkan hartamu, selendang yang lapuk oleh malam
Di mana kau tinggalkan tongkatmu? Di mana kau simpan perisaimu?
Label: | edit post
0 Responses
Name :
Web URL :
Message :
:) :( :D :p :(( :)) :x